Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pendidikan Untuk Semua

Pendidikan

Pendidikan Untuk Semua | Lomba Blog Dies Natalis Universitas Terbuka ke-30

Bagaimana menyikapi semangat pemerataan pendidikan untuk semua (Education For All | EFA), terkait dengan keterbatasan kemampuan dalam pengembangan penyediaan daya tampung dan distribusi geografis ?.

Untuk menjawab pertanyaan diatas, dan agar diperoleh gambaran utuh, maka diberikan kilas kejadian sebagai bagian tidak terpisahkan sebagai kejadian pendukung.

Sejarah panjang melahirkan tiga tahap fase menuju era globalisasi, yakni dari abad ke-15 terjadinya ekspansi kapitalisme, diikuti era interimperial trade (perdagangan antar negara penjajah), dan selanjutnya masuk era international trade, kondisi semula hanya dalam lingkup perdagangan, seiring waktu merambah hampir kesemua sendi kehidupan, dan kini 6 ciri era globalisasi yang memiliki  karakter change, computerization, customer focus, company network, core system (organisasi pendukung), dan coopetition (gabungan cooperation dan competition - bekerjasama dengan pesaing), telah menjadi keseharian budaya kerja, perlu dicermati secara seksama, bijaksana, dan mampu mengambil hikmah dari sisi positifnya.

*     Suka atau tidak, teknologi informasi adalah mesin akselerasi utama dalam era globalisasi, memiliki kemampuan membongkar dinding sekat antar negara, ras, suku dan kebangsaan.
*     Suka atau tidak, teknologi informasi, bagi bangsa Indonesia sebagai gaung pembuktian kalimat magis "habis gelap terbitlah terang", dalam keabadian "Bhineka Tunggal Ika".
*     Suka atau tidak, teknologi informasi menjadi alat utama efektifitas meluasnya gema reformasi, dengan efesiensi target waktu pelaksanaan dalam hitungan bulan, ternyata hasil dapat tereralisasi dalam hitungan minggu. (tanggal 1 Mei - 21 Mei 1998), catatan kronologi reformasi mei 1998 - https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1998-sekarang).

Dalam era globalisasi, parameter kualitas sangat mendominasi dalam evaluasi. Enam ciri era globalisasi diatas, dan dukungan perkembangan teknologi informasi, melahirkan tuntutan keterbukaan informasi di segala bidang, dan landasan sikap kedewasaan bernegara, memberikan kesadaran terhadap nilai kewajaran tingkat keterbukaan tersebut, tidak berlanjut kearah tuntutan ketertelanjangan.

Pesatnya perkembangan teknologi informasi, telah membuka kesadaran hakiki, bahwa harkat dan martabat manusia dan kemanusiaan adalah pondasi utama dan mulia, sehingga semua perkembangan dan pengembangan harus bersifat human centered, dan akhirnya bermuara membentuk budaya global bersifat universal, yaitu manusia dan kemanusiaan, keseimbangan lingkungan, pola networking, empowering dan keutamaan kualitas.

Salah satu kebutuhan pondasi utama dan mulia dalam bernegara adalah bidang pendidikan. Terkait bidang pendidikan, usaha untuk meluruskan kembali kesan yang pernah disandang oleh Perguruan Tinggi, sebagai menara gading yang terlalu birokratis dan formalistik, menjadi tempat pendidikan yang berkualitas dan profesional, bagi "semua, siapa saja dan dimana saja" (education for all | EFA) yang ingin menimba ilmu pengetahuan, melalui beberapa alternatif program pendidikan, tampaknya telah menjadi wujud nyata dan bukan impian atau wacana semata.

Bidang pendidikan yang diharapkan adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi, kreatifitas, inovasi, dan kemuliaan akhlak perilaku, melalui pengembangan multiple intelegence, yang direalisasikan sebagai pengembangan IQ, EQ, dan SQ (Intelligence Quotients, Emotional Quotients, dan Spiritual Quotients), sehingga muara akhir akan membentuk budaya global bersifat universal. Empat pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO, mempertegas bidang pendidikan, agar memberi penekanan pada learning to know, learning to be, learning to do dan learning to live together, sehingga terbentuk sumber daya insani manusia global, berperan sebagai global leader manager, senantiasa menyebarluaskan kesejahteraan manusia dan keseimbangan ekologis.

Teknologi informasi merupakan jawaban karena memiliki kemampuan untuk menyediakan daya tampung daya dukung sangat besar, mampu memacu akselerasi kecepatan distribusi bidang pendidikan, dengan menghapus jarak letak dan luasnya geografis. Teknologi informasi telah mengubah keterbatasan bidang pendidikan menjadi kemampuan memenuhi social accountibility nya dengan penerapan virtual learning dan virtual university
BLOG Competition

Saat ini Universitas Terbuka (UT), adalah perguruan tinggi di Indonesia, dengan memiliki kemampuan menerapkan praktek pemerataan pendidikan "untuk semua, untuk siapa saja dan dimana saja" (education for all | EFA).

Universitas Terbuka dulu menerapkan pembelajaran jarak jauh melalui media televisi, kini telah melakukan terobosan radikal didalam menemukan jalan solusi keterbatasannya, dan hasilnya bahkan melampaui target, dikarenakan hasil perubahan keterbatasannya, menjadi contoh sebagai media pembaharu dalam penerapan iptek | ilmu pengetahuan dan teknologi, dibarengi dengan peran vital sebagai media pembentuk keluhuran budi bermanfaat bagi masyarakat, sehingga sasarannya sangat jelas, yakni untuk mencapai peningkatan mutu kualitas hidup, derajat kesejahteraan diri, dan kesadaran menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan. 

Universitas Terbuka, telah melengkapi persyaratan utama dari tuntutan reformasi bidang pendidikan, tidak hanya menyediakan fasilitas pengembangan IQ, tetapi juga mampu menyediakan fasilitas pengembangan EQ dan SQ, karena tujuan bidang pendidikan adalah melahirkan tenaga terlatih sesuai spesialisasi bidang teknis keahliannya, dilengkapi kemampuan dasar berupa kesantunan emosional, berkarakter dan beradab, sehingga meningkatkan peringkat daya saing, saat menghadapi kompetisi dunia pekerjaan dan karier.

Universitas Terbuka, telah sukses melakukan inovasi pendidikan tinggi jarak jauh untuk indonesia berprestasi, dengan menyediakan forum tutorial online, perpustakaan digital, latihan mandiri online, forum komunitas, hingga forum bimbingan konseling yang merupakan fasilitas online untuk saling berbagi pengalaman.

Kemampuan utama tidak terbantahkan dari Universitas Terbuka, adalah “menjangkau yang tidak terjangkau, meraih yang tidak teraih” oleh perguruan tinggi lain. Tahun 2014, jumlah mahasiswa aktif, mencapai 579.261 mahasiswa, tersebar diseluruh Nusantara dan ada di 18 negara, sehingga secara kelembagaan, beberapa penghargaan telah mampu diraih, diantaranya :

*     Tahun 2010, menerima Certificate of Quality dari International Council for Distance Education (ICDE) atau Dewan Pendidikan Jarak Jauh Internasional, berpusat di Oslo, Norwegia.


*     Tahun 2012, Rektor Universitas Terbuka, Prof. Ir. Tian Belawati M.Ed., Ph.D., secara aklamasi terpilih sebagai Presiden ICDE periode 2012 – 2015.

*     Tahun 2014, Rektor Universitas Terbuka kembali menerima penghargaan dari African Council for Distance Education (ACDE), atau Dewan Pendidikan Jarak Jauh Afrika, atas peran dan kontribusinya dalam menginspirasi dan memperkokoh posisi dari bidang pendidikan jarak jauh di dunia, dan khususnya bagi Afrika.

*     8 Juni 2014, menerima Penghargaan DISTINGUISHED INDIVIDUAL PROMOTER OF THE ODL, diselenggarakan di Victoria Falls Safari, Zimbabwe.


Bagi bangsa Indonesia, Universitas Terbuka menjadi tonggak penting sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan, telah mampu mewujudkan impian dunia "pendidikan untuk semua", telah mampu mengangkat rasa kebanggaan berbangsa, karena menjadi model pendidikan yang memberikan inspirasi untuk dunia.


Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari Universitas Terbuka dalam rangka memperingati HUT Universitas Terbuka ke-30. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.

Baca : Reformasi Profesi Kedokteran



Pendidikan untuk semua | Lomba Blog Dies Natalis Universitas Terbuka ke-30



Semoga bermanfaat.